Rayap di Indonesia merupakan hama yang sering ditemui tapi tidak banyak orang yang memahaminya, apalagi metode terbaru untuk penanganannya. Pengendalian rayap telah berkembang secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir dan banyak perusahaan pengendalian hama yang menggunakan umpan untuk pengobatan, dibandingkan dengan semprotan insektisida tradisional. Artikel ini akan membantu konsumen memahami berbagai pendekatan tersebut, untuk membuat keputusan yang lebih tepat dalam pengendalian hama rayap.
a. Rayap Tanah
Rayap tanah
Rayap tanah adalah jenis rayap yang umum ditemukan di Indonesia dan sebagian besar negara bagian lainnya, rayap ini hidup di bawah tanah dalam koloni yang kooperatif dan saling berbaur. Koloni-koloni tersebut merupakan entitas yang terdesentralisasi yang menempati beberapa lokasi bersarang dan mencari makan, yang saling terhubung oleh terowongan bawah tanah. Koloni rayap bisa sangat besar, terdiri dari ratusan ribu hingga jutaan individu yang menempati area hingga setengah hektar. Di lingkungan perumahan, koloni rayap yang bertanggung jawab atas kerusakan yang ditimbulkan mungkin saja berada di halaman tetangga, bukan di sekitar atau di bawah rumah yang terserang.
Terowongan bawah tanah yang digunakan rayap tanah
Rayap tanah menggali terowongan sempit yang berkelok-kelok di dalam tanah, yang pada akhirnya akan menemukan kayu, yaitu makanan utama mereka. Sebenarnya, fungsi utama rayap di alam adalah membantu penguraian bahan organik dan mengembalikan unsur hara ke dalam tanah. Namun, kadang-kadang, rayap mencari makan di dalam bangunan dan menemukan kayu atau produk kayu (kertas, kardus, dll.). Sehingga, begitu mereka menemukan tempat makan yang cocok, para rayap pekerja membuat jejak bau yang tak terlihat untuk menarik dan memandu pasangan sarang mereka ke dalam bangunan tersebut. Serangan rayap dapat tidak terdeteksi selama bertahun-tahun, tersembunyi di balik dinding, lantai, dan penghalang. Hal ini membutuhkan pendekatan modern yang lebih efektif untuk mencegah maupun menanggulangi serangan rayap, khususnya rayap tanah.
b. Barrier Treatment
Barrier treatment atau biasa disebut soil injection Pendekatan tradisional untuk mengendalikan rayap bawah tanah adalah dengan mengaplikasikan pestisida cair yang dikenal sebagai 'termitisida' di bawah dan di sekitar bangunan. Tujuannya adalah untuk memberikan 'penghalang' kimiawi yang tahan lama di dalam tanah untuk mencegah rayap masuk dan menginfestasi struktur. Rayap yang mencoba menembus tanah yang telah diberi perlakuan akan dibunuh atau dihalau, sementara rayap yang sudah berada di dalam juga akan mati. Penelitian telah menunjukkan bahwa produk penghalang yang tidak anti rayap dan mematikan rayap cenderung paling dapat diandalkan. Contoh yang ada saat ini adalah fipronil, imidacloprid, dan chlorantraniliprole. Meskipun perawatan tersebut biasanya efektif, volume besar termitisida diaplikasikan di sekeliling bangunan, disertai dengan pengeboran / injeksi melalui halaman dan teras yang berdekatan. Namun aplikasi injeksi termitisida ini dianggap beberapa pemilik rumah tidak praktis dan cenderung mengganggu.
Aplikasi barrier treatment di rumah
c. Termite Baiting System
Umpan rayap menggunakan pendekatan yang sangat berbeda. Dengan umpan, atraktan dan bahan aktif disebarkan seperti 'rudal pintar' yang dapat dimakan untuk melumpuhkan populasi rayap yang mencari makan di dalam dan di sekitar rumah. Rayap memakan umpan dan membaginya dengan koloni di arangnya, sehingga jumlah rayap menurun secara bertahap. Program pengumpanan yang komprehensif kemudian berupaya untuk mempertahankan kondisi bebas rayap di properti pelanggan melalui inspeksi, pemantauan, dan pengumpanan ulang yang berkelanjutan sesuai kebutuhan.
Termite Baiting System
Umpan rayap terdiri dari selulosa (komponen
struktural kayu), dikombinasikan dengan insektisida yang bekerja lambat yang
mengganggu proses pertumbuhan normal rayap. Dalam beberapa minggu setelah
menelan umpan, rayap akan mati saat mencoba berganti kulit. Penundaan tindakan
ini penting; jika umpan membunuh dengan cepat, rayap yang sakit atau mati dapat
terakumulasi di dekat unit umpan sehingga meningkatkan kemungkinan akan
dihindari oleh rayap lain di daerah tersebut. Penundaan tindakan juga
meningkatkan penularan bahan mematikan ke pasangan rayap yang bersarang,
termasuk rayap yang tidak pernah memakan umpan. Seluruh koloni dapat
dieliminasi dengan cara ini.